Hi Sobat PPI,
Dalam
layar tancap kali ini, Sobat Siar Nila kedatangan tamu special. Beliau adalah seorang
kandidat Phd di faculteit der Rechtsgeleerdheid Radboud Universiteit Nijmegen,
Belanda. Beliau bernama mas Manunggal K. Wardaya yang terkadang saya panggil
dengan panggilan mas Anggi. Saya mengajak beliau untuk berdiskusi bersama untuk
membahas 2 film ini karena penelitian beliau berkaitan dengan peristiwa yang
diangkat dalam film documenter ini.
Judul:
Jagal (The act of killing)
Release:
2012
Durasi: 122 menit
Sutradara:
Joshua Oppenheimer
Judul:
Senyap (The look of silence)
Release: 2014
Durasi: 103 menit
Sutradara: Joshua Oppenheimer
Saya
sampai di ruangan 2.47 dalam gedung grotiusgebouw sekitar pukul 11.45 waktu
Belanda. Dan kebetulan saat itu mas Manunggal baru saja selesai meeting dengan
professornya. Sehingga tanpa menunggu lagi, saya langsung memasang segala
perlengkapan yang dibutuhkan untuk bersiaran.
Pukul
12.00 atau 18.00 WIB kami on air.
Ditemani segelas kopi dan amandelkoekjes
kami pun membuka obrolan untuk hari itu. Sejujurnya hati saya deg-degan, Sob.
Kamu tau kenapa? Karena topik layar tancap hari ini akan membuka kembali
sejarah kelam bangsa Indonesia ditengah kepemimpinan Soeharto saat itu.
Film
pertama yang kami bahas adalah Jagal. Film ini berceritakan tentang para
preman-preman yang menjadi pelaku pembunuhan orang-orang yang memiliki
keterkaitan dengan PKI setelah peristiwa lubang buaya atau dikenal dengan
peristiwa G 30S/PKI.
Trailer film Jagal:
Dalam film ini, sang sutradara mewawancarai seorang pimpinan
preman di Medan bernama Anwar Kongo. Anwar Kongo adalah satu dari ribuan orang
awam yang ikut dalam pembantaian masal ini. Dalam film Jagal, Anwar diberikan
kebebasan oleh sang sutradara untuk mereka ulang pembantaian yang dia lakukan.
Hal yang membuat saya tertarik adalah saat Anwar merasa bangga menceritakan dan
memperagakan ulang teknik-teknik yang dia miliki untuk menghabis korbannya.
Anwar
juga menceritakan bahwa terkadang dia mengadaptasi tekniknya melalui film-film
laga luar negeri. Coba kamu bayangkan ketika orang mampu menceritakan secara
gamblang dan ringan tentang kejahatan kemanusiaan yang telah dia lakukan.
Film ini mengajak kita untuk melihat sisi pandang yang berbeda dari pembantaian masal para
anggota PKI. Dalam film digambarkan bahwa sebenarnya Anwar pun bukan orang yang sangat kejam.
Hal ini dibuktikan dari beberapa adegan yang memperlihatkan bahwa beliau juga
punya sisi humanis.
Didalam pembahasa film ini, Mas Mangunggal mengatakan bahwa ada sisi kelam bangsa yang masih harus diluruskan. Film
ini hanya membuka sekelumit kisah dari cerita pembantaian para PKI. Lucunya,
hingga detik ini, gambaran tentang peristiwa 65 tidak dijelaskan secara utuh.
Jikalau
kita melihat sejarah, pada saat orde baru masih kuat-kuatnya (sekitar tahun
1980), pemerintah menjelaskan tentang peristiwa pembunuhan enam jendral senior
oleh PKI di Lubang Buaya. Intinya, pemerintah menegaskan ke masyarakat bahwa
PKI merupakan pihak yang bersalah. Sehingga tanggal 1 oktober pun dirayakan
sebagai hari kesaktian pancasila. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan para
siswa-siswi mulai dari kelas 5 SD untuk menonton film penghianatan G30S/PKI.
Film yang memojokkan PKI sebagai sisi yang bersalah.
Setelah
film Jagal dibuat, banyak kontroversi yang muncul terutama di Indonesia. Banyak
instansi yang dicekal ketika ingin membuka film ini untuk umum. Namun, film ini
tidak hanya sampai disini. Film yang memakan waktu pembuatan selama 5 tahun
(dari 2005-2011) ini masih berlanjut. Film kedua, Senyap dirilis tahun 2014
kemarin.
Trailer film Senyap:
Film
senyap masih bercerita tentang para pelaku pembantaian. Yang berbeda adalah,
kali ini yang mewawancarai pelaku bukan hanya sang sutradara tapi salah satu
keluarga korban pembantaian. Disini terlihat bagaimana kebingungan dan emosi
keluarga saat mereka tidak tau bahwa sanak familinya akan dihabisi nyawanya
walaupun mereka tidak bersalah. Hanya dikarenakan mereka menjadi anggota PKI.
Banyak sekali hal yang membuat saya ternganga. Selain itu, hal yang
lebih bnyedihkan lagi, adalah banyak anak bangsa yang tidak sadar tentang
kejadian ini. Padahal jika ditanya kisah Hitler, semua orang tahu. Hanya kisah
kelam pembantaian masal anggota PKI ini masih kurang diekspose. Pemerintah pun
sebenarnya punya kewajiban untuk menyelesaikan masalah di masa lalu bangsa.
Di lain pihak, masyarakat masih memberikan cap negative terhadap para
keluarga anggota PKI sehingga sampai saat ini banyak yang mengalami kesulitan
dalam berbagai hal, misalnya pekerjaan, pernikahan dan lain-lain.
Selain itu, ada kisah lain yang tidak terlalu terekspose. Pada masa
pemerintahan Soekarno, banyak mahasiswa Indonesia yang berkuliah di luar negeri
dengan beasiswa pemerintah. Dan ketika Soeharto naik menduduki jabatan
presiden, para mahasiswa ini dicabut hak kewarganegaraannya dikarenakan
dianggap sebagai antek jaman Soekarno. Ini merupakan hal yang sangat menyedihkan
mengingat jaman dahulu komunikasi tidak semudah sekarang dan para mahasiswa
yang terjabut hak kewarganegaraanya ini tidak tahu apa-apa. Mereka pun terpaksa
untuk mencari tempat yang bersedia memberikan kewarganegaraaan untuk mereka.
Nah, bayangkan sob, kalau kamu asik asik sedang belajar tiba-tiba
kewarganegaraan kamu dicabut karena perubahan pemimpin?
Menurut mas Manunggal, Hingga saat ini pemerintah masih belum meminta
maaf secara resmi kepada keluarga korban. Berkas penyelidikan dari Komnas HAM
ke Kejaksaan Agung mandeg dari tahun
2012. Kejadian bpembantaian para anggota PKI merupakan kejahatan HAM yang
dilaksanakan secara tidak langsung oleh instansi pemerintah.
Pada akhirnya, ini juga dikembalikan ke diri kita masing-masing. Untuk tidak
menilai seseorang dari latar belakangnya saja, namun dari jati diri orang
tersebut. Memang masyarakat telah di doktrin bahwa apapun yang berkaitan dengan
PKI adalah jahat. Namun, sebagai anak bangsa yang cerdas hendaknya kita sadar
dan memberikan hak yang sama terhadap keluarga korban selayaknya hak hidup
sebagai seorang manusia yang merdeka di Republik Indonesia.
Layar Tancap minggu ini benar-benar membuka mata kita tentang relalita
sejarah yang harus kita selidiki lebih dalam dan kita pelajari. Karena menurut Sobat
Siar Nila pribadi, sebuah bangsa bisa maju ketika masyarakatnya sadar dan
mengakui kesalahan serta sejarah kelam bangsanya.
untuk kamu yang ingin nonton film Jagal dan Senyap, Sang sutradara telah meng-upload film tersebut:
Film Jagal bisa ditonton disini
Film Senyap bisa ditonton disini
Nijmegen, 18 Desember 2015
No comments:
Post a Comment